Sabtu, 07 Februari 2009

Seorang laki-laki mencela dunia

Seorang laki-laki mencela dunia disamping Ali bin Abi thalib ra. Lalu Ali ra berkata :

Dunia adalah taman kejujuran bagi siapa yang jujur terhadapnya, dan adalah dunia taman (tempat memetik) keberhasilan bagi siapa yang mengerti keadaannya, dan adalah dunia taman (tempat memperoleh) kecukupan bagi siapa yang mencari bekal didalamnya, dan adalah dunia tempat diturunkannya wahyu Allah, tempat bershalawatnya para malaikat, masjidnya para nabi Allah, tempat perniagaannya para wali Allah, dan rihlah keuntungan berupa ridhoNya, dan berjuanglah didalamnya untuk peroleh surga!

Terjemahan kisah ini sengaja ditulis sebagai pembuka mengingat banyaknya ibroh yang bisa kita ambil. Dan mungkin penulis risalah ini termasuk yang serupa keadaannya dengan laki-laki pencela dunia tersebut dikisah itu.

Celaan terkadang lahir dari kekecewaan. Menyimak lembaran sejarah, maka masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib adalah masa-masa tersebarnya fitnah di antara kaum muslimin. Mulai dari khawarij, tragedi terbunuhnya Utsman bin Affan ra, tragedi shiffin dan perang jamal serta mulai munculnya syi'ah. Dalam suatu khabar dikatakan betapa inginnya Amirul mukminin 'Ali bin Abi Thalib ra menjumpai kematian karena dahsyatnya fitnah yang menjalar saat itu. Dan Shidqul-lisan tak akan mengingkari isi hatinya. Kita menjumpai kisah diatas betapa adilnya Ali bin Abi Thalib ra mensifati dunia.

Meskipun di suatu sisi kekeruhan yang memang menjadi sifatnya dunia sebagai pembeda dirinya dengan surga yang berlimpahan didalamnya ridho, maghfiroh dan nikmatNya. Dunia hanyalah sebuah naungan pohon yang teduh di siang hari yang terik. Dan perjalanan akan segera kita lalui dan bermuara di hadapan Ar-Rahman mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang telah kita lakukan.

Boleh jadi laki-laki di kisah tersebut kecewa betapa semakin berkurangnya pribadi-pribadi jujur, berganti dengan jiwa-jiwa berpenyakit nifaq dan culas. Tapi Ali bin Abi Thalib ra mengajarkan untuk tidak sekedar mencela tanpa dasar dan menafikkan keberadaan orang-orang jujur yang ada di muka bumi ini dan kemungkinan yang sangat besar kita termasuk didalamnya. Kekecewaan tanpa menghindari celaan dan tanpa memulai amalan sebagai ishlah adalah keliru.

Dan ingatlah! Ali bin Abi Thalib ra meminta kita memahami seluk beluk dunia sehingga kita bisa selamat dan berhasil dalam mengarungi kehidupan didalamnya. Sebagaimana Ust Anis Matta mengatakan sebuah perkataan Ali bin Abi Thalib ra lainnya yang mengatakan "Seandainya kefakiran adalah seorang laki-laki maka aku akan membunuhnya." Ini adalah perkataan seorang yang jenius! Keterpurukan karena suatu hal kita termasuk seorang yang fakir haruslah dilawan sebagaimana seorang itu membunuh musuhnya. Dengan usaha yang lemah maka justru kitalah yang akan terbunuh. Dan pemahaman yang dituntut bagi kita tidak sebatas iqtishodi (keuangan), namun masih luaslah ilmu yang kita butuhkan sebagaimana menuntut ilmu itu wajib tanpa batasan umur dan rentang waktu. Cukuplah ajal sebagai pembatas upaya kita memahami dunia ini. Bisa jadi hari ini kita mengenal suatu bagian dari dunia ini, lalu esok hari ia berubah atau sedetik kemudian ia berubah dengan sangat drastis. Dan cukuplah upaya kita memahami ilmu disandarkan kepada keinginan untuk memperoleh keberhasilan baik di dunia maupun akhirat.

Tidak sedikit kekecewaan juga timbul akibat kekurangan yang melingkupi jiwa seseorang. Sebagaimana disebutkan dalam QS 2:155 ketakutan beserta kekurangan terhadap harta, jiwa, dan buah-buahan. Kekurangan harta membuat seseorang bersedih dan takut, apatah lagi kekurangan jiwa yang menyergap kehidupan seseorang, apalagi yang bisa dijadikannya penopang kehidupan? Tapi berputus asa tidak akan menyelesaikan persoalan. Semua kekurangan yang diderita seseorang akan dicukupi dengan taqwa. Karena sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bekal taqwa ini hanya bisa kita kumpulkan di sini, dunia ini dengan sifatnya dan kekeruhannya.

Terakhir, mengapa kita harus mencela dunia jika Allah memilihnya sebagai tempat diturunkan wahyunya? Dan Allah memilihnya sebagai tempat bershalawatnya malaikat, tempat sujudnya para Nabi Allah, dan tempet perniagaan para wali Allah mengorbankan harta dan jiwaNya untuk memperoleh surga dan ridhoNya. Dan hentikan celaanmu terhadap dunia dengan mempercepat langkahmu mengeruk sebanyak-banyaknya keuntungan berupa ridhoNya dengan perniagaanmu dan giatlah mengusahakan perolehan surgaNya dengan amal-amalmu yang ikhlash dan ittiba' sunnah nabawaiyah asy-syarifah.

Wallahu A'lam ....