Minggu, 09 Mei 2010

Inkonsistensi



Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj[22]:46)

Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu), (An-Najm[53]:42)

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Ash-Shaff [61]:2)

barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya). (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Amr - ada yang mengatakan Abu Amrah - Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi rodhiallohu ‘anhu. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, Katakanlah kepadaku suatu perkataan tentang Islam, yang tidak mungkin aku tanyakan kepada siapa pun selain kepadamu.” Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Katakanlah: “Aku beriman kepada Alloh, lalu istiqomahlah.” (HR Muslim)

Sungguh mengherankan orang yang lari dari Dzat yang ia tidak dapat berpisah dari-Nya, lantas mencari sesuatu yang ia tidak menjadi kekal bersamanya. Karena sesungguhnya (yang demikian itu) bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada didalam dada. (Al-Hikam Ibnu Atho’illah)

Janganlah engkau berpindah dari satu alam ke alam lain, karena engkau akan mirip dengan keledai yang berputar di penggilingan, ia berjalan dan tempat yang ditujunya ternyata tempat dimana ia beranjak (berjalan dari situ ke situ saja). Namun beralihlah dari segenap alam ke pencipta alam (Allah). “Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu) -An-Najm[53]:42-, (Al-Hikam Ibnu Atho’illah)

Mendeklarasikan keimanan dengan semata-mata gerakan lisan seiring lafazh yang terucap, adalah mudah. Namun, pengakuan atas keimanan, terwujud hanya setelah konsekuensinya mampu kita jalani, dengan segenap pengorbanan, dan konsistensi, istiqomah.

Dunia ini sementara, dan akhirat itu kekal. Sebagaimana dalam prinsip keadilan, apatah layak bagi seorang yang hidupnya penuh kebaikan ternyata buah kebaikannya itu terbatas oleh usia yang terhitung singkat? Dan dimanakah keadilan jika seorang penjahat dibiarkan istirahat dalam liang kuburnya tanpa pembalasan yang adil, atas prilakunya selama hidup? Dan dimanakah tempat yang memungkinkan kita menyaksikan limpahan rahmah dan ampunanNya dikaruniakan kepada manusia-manusia berhati mulia selain di kehidupan yang kekal itu?

Untuk itu, adakah alasan yang tepat kita menjauhi Dzat yang kita takkan mampu berpisah denganNya? Yang tiap detik, nyawa ini ada dalam genggaman kekuasaanNya? Dan segenap alam semesta tunduk dalam aturanNya? Dan setiap sudut rotasi benda2 angkasa, kecepatannya, kadar atmosfernya, serta jarak dan kekuatan magneticnya ada dalam ilmu, perhitungan dan ketetapanNya? Adakah alasan yang tepat hingga kita beralih menuju suatu yang fana, dunia, yang kelak akan binasa dan tiada?

Apakah kemudian mata hatilah yang telah buta, hingga segenap tanda-tanda kekuasaanNya seakan berlalu begitu saja tanpa ada sedikitpun hikmah, ibroh yang bisa kita jadikan pelajaran? yang bisa kita jadikan sarana menumbuhkan keimanan dan memantapkan keimanan?

Allahumma, Ya Allah, berikan kami petunjuk, dan jangan Engkau sesatkan kami setelah kami engkau beri petunjuk itu, Engkaulah Dzat Yang Maha Memberi Petunjuk …

Dan sedikit, demi sedikit, perlulah, niatan dalam hati kita bersihkan, sembari, kita juga memohon kepadaNya agar setiap perjalanan menuju keridhoanNya ini dibersihkanNya dari niatan duniawi yang semu. Sehingga perjalanan kita mendekatiNya, memperbaiki segenap kealpaan diri, tiada serupa keledai yang hanya berputar-putar dalam lingkaran penggilingan, berputar-putar di tempat yang sama, dunia yang sama, hanya beralih dari mencari dunia yang satu ini ke dunia yang lainnya lagi.

Namun, segenap dunia yang kita usahakan, cukuplah menjadi bekal untuk perjalanan panjang ini, bukan sebagai tujuan perjalanan itu sendiri.

Setiap jiwa tentu memiliki kelemahan, dan berbicara kebaikan tentu jauh lebih mudah ketimbang menjalaninya, dan istiqomah, konsisten dalam mengamalkannya.

Ya Rahman, karuniakanlah kami ‘ilmu, tambahkan kami ‘ilmu yang bermanfaat, dan berilah kami pertolonganMu untuk bisa mengamalkanNya, istiqomah dalah perjalanan panjang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar