Minggu, 10 Oktober 2010

Pseudo black, pseudo darkness

Saat tinta hitam hampir habis atau kritis, dengan printer E**ON kita bisa tetap ngeprint. Warna hitam pada sebuah kertas hasil print, bisa berasal dari tinta hitam ataupun kombinasi warna Cyan, Magenta dan Yellow (kuning). Saya lebih suka menggunakan istilah pseudo black untuk warna ini.

Thus, kemudian saya berfikir, hal semacam ini juga terjadi dalam kehidupan kita. Pseudo black!

Anggap saja kehidupan kita sebagaimana sebuah kertas putih yang meluncur masuk kedalam sebuah printer, dan dengan seiring berjalannya waktu, warna2 tercetak dalam kehidupan kita. Atau kehidupan kita seumpama sebuah kanvas putih, yang kemudian kita goreskan warna diatasnya.

Setiap kehidupan manusia, memiliki warna tersendiri. Sebagaimana bahwa setiap kita adalah unik.

Beragam warna, selain putih yang menjadi sebuah dasar, atau sifat alamiah kita, ada juga warna hijau, biru, kuning, merah, ungu, kelabu dan warna lainnya. Ada warna-warna dasar, ada juga warna yang merupakan gradasi dari warna dasar dan tentu saja ada warna yang merupakan hasil kombinasi dari beberapa warna.

Kehidupan kita begitu penuh warna. Dan sejatinya kita memilih sebagian warna yang tercetak, yang terlukis dalam kehidupan kita, dan kita pun bisa jadi tumbuh pada lingkungan keluarga, masyarakat, wilayah yang memberi juga warna bagi kehidupan kita dengan atau tanpa persetujuan dan pemilihan dari diri kita.

Warna hitam, warna yang bisa memisahkan antar warna, dan juga bisa membentuk sebuah kerangka pola. Namun, tentu kita merasa warna hitam jika dominan bisa melambangkan sesuatu. Di belahan bumi tertentu, warna hitam, melambangkan kesedihan, kedukaan. Warna hitam juga melambangkan perlawanan, selain juga melambangkan kejahatan, sebagaimana warna hitam diasosiasikan sebagai lawannya warna putih, lambang kebenaran.

Pseudo black! Jika kita memandang warna hitam sebagai simbol kedukaan, maka bisa jadi kedukaan itu, warna gelap itu adalah pseudo black, hasil kombinasi beberapa warna. Mungkin sikap sabar bisa menjadi kunci untuk mengurai pseudo black menjadi warna-warna dasarnya yang secara alamiah indah.

Kemudian, bukankah hati digambarkan sebagai sesuatu yang alamiahnya bersih, tanpa noda, sebagaimana kertas atu kanvas putih? Noda hitam, mengotori hati. Pseudo black! Jangan-jangan noda gelap dalam hati kita merupakan pseudo black, gabungan dari berbagai warna, yang secara berlebihan mencetak noda gelap tersebut? Tak heran, agama senantiasa melarang kita untuk berlebih-lebihan kepada sesuatu yang pada dasarnya boleh, karena hal-hal yang boleh itu bisa jadi sebagimana warna-warna dasar yang jika kita terlampau banyak mengambilnya, akan menciptakan pseudo black, yang mengotori hati.

Hiduplah penuh warna, namun jangan biarkan warna hitam mendominasinya, jangan terlalu banyak mengkombinasikan warna, ambil dan jalani hidup dengan proporsional.

Dan hindari pula mewarnai hati dengan beragam warna yang pada akhirnya mencetak noda gelap, dan terkotorilah hati.

Shibghah Allah[*]. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah. [QS Al Baqarah[2]:138]

[*] Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.

Terakhir, berikut ini uraian dari Ibnu Atho’illah dalam Al-Hikam, semoga memberikan pencerahan:

Bagaimana mungkin hati bersinar, sementara gambaran-gambaran alam terlukis di cerminnya.
Bagaimana mungkin ia pergi menuju Allah, sementara ia terpasung oleh syahwatnya.
Bagaimana mungkin ia menuju ke hadirat Allah, sementara ia belum menyadari kelalaiannya.
Bagaimana mungkin ia berharap bisa memahami secara detil rahasia, sementara ia belumbertobat dari beragam kelalaiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar