Minggu, 10 Oktober 2010

Sebelum terlanjur, sedikit bersabar terkadang perlu


Usia itu berbilang, dan kelak semua perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Seandainya surga dan neraka itu sekedar ilusi, tipuan dan dongeng belaka, maka semua orang pantas berlomba2 menjadi sejahat2nya manusia, merampok, membunuh dan minimal menipu sesamanya demi kesenangan hidupnya yang tanpa perhitungan amal (menurutnya). Dan menjadi orang baik -jika surga itu tidak ada- sepertinya hanya memberikan ketenangan hati, dan sedikit benefit sahaja.
Ada sebuah kisah, tapi ini berbau sufistik.
(Mohon maaf bagi yang kurang berkenan)
Pernah terjadi kebakaran pada sebuah pasar. Maka seseorang menemui Seorang ulama salaf dan menyatakan, "Wahai tuan, ada kebakaran di pasar." pemberi kabar itu meneruskan,"Tapi Kios kepunyaan anda untungya tidak terbakar." Dan Lalu Ulama salaf tersebut berucap " Alhamdulillah". Berpuluh-puluh tahun kemudian, ulama salaf ini masih teringat sikapnya pada saat itu, bertahmid, padahal seharusnya ia ber-istirja' (karena kios lain di pasar terbakar meskipun kiosnya selamat) dan senantiasa memohon ampun, takut seandainya ia salah bersikap.
Kisah lainnya, dikhabarkan dalam sebuah atsar, bahwa salah satu akhlaq Ibnu Abbas ra adalah beliau senantiasa merasa gembira saat turunnya hujan, merasa senang bahwa Allah menyirami kebun2 kaum muslimin, meskipun dikhabarkan beliau ra sendiri tidak memiliki kebun.
Sekedar ucapan, sekedar perasaan senang, jika ia bernilai kebaikan, maka akan mendatangkan kebaikan. Begitu juga sebaliknya.
Jika sekedar ucapan dan perasaan senang saja sangat berarti bagi salafush-shalih, maka apatah lagi sebuah tindakan, dan terlebih tindakan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum.
Menunggu suasana reda, atau mencari informasi yang valid, penting agar tidak salah bersikap, tidak salah berucap, dan lebih2 salah bertindak. Sebagaimana mencari ilmu, pemahaman yang lurus, sebuah kemestian agar langkah semakin hati2.
Bukankah taqwa digambarkan oleh seorang Shahabat ra seumpama berhati2 ketika melangkah di jalan yang dipenuhi duri berserakan?
Menjadi baik itu seumpama jagung yang takkan berbuah tanpa ada jagung lainnya disekitarnya.
Bertemu saudara seiman dan saling menasehati terkadang jauh lebih berharga daripada dunia dan se-isinya
Selamat berlari kencang, Semoga kita ditolongNya di hari2 ini, setelah kita ditinggalkan oleh Ramadhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar